Selasa, 09 Desember 2008

ASI Ekslusif di Tengah Bencana - Hindari Sufor (Susu Formula)

UNHCR- WHO - Unicef - WFP menerbitkan panduan untuk penanganan pemberian makanan selektif pada golongan paling rawan di suasana bencana. Hal ini sangatlah relevan dan penting terkait dengan penerapan ASI eksklusif 6 bulan di Indonesia.

Pada saat bencana baik bencana alam maupun bencana yang terjadi karena kesalahan manusia, banyak korban yang meninggal, namun yang selamat juga banyak dan mereka ini akan menjadi pengungsi. Para pengungsi ini diantaranya juga terdapat anak-anak, bayi baru lahir serta balita. Di sinilah peran petugas penanggulangan bencana sangat penting dalam menyortir bantuan pangan yang diberikan oleh masyarakat pada saat terjadi bencana. Banyak diantara masyarakat awam berinisiatif menyumbang susu formula untuk para balita.

Namun di buku petunjuk ini UNHCR merekomendasikan penggunaan sufor (susu formula) sebagai berikut:
- susu formula tidak boleh dibagikan kepada para pengungsi ke tenda atau pulang ke rumah dalam bentuk susu namun sebaiknya dicampur dengan tepung serealia (tepung beras, tepung jagung, tepung kacang hijau dll).
- Tidak boleh dibagikan susu cair kemasan untuk di bawa pulang ke rumah.
- Susu skim hanya boleh diberikan pada para pengungsi jika ada dapur umum di tempat dan susu dicampur dengan gula dan minyak untuk meningkatkan energi nya.
- Susu skim yang diberikan untuk para pengungsi harus susu yang difortifikasi dengan vitamin A dan masa kadaluarsanya harus di atas 6 bulan.

Hal di atas sangat perlu diperhatikan karena biasanya di tengah bencana fasilitas air bersih tidak tersedia sehingga pembagian susu formula tanpa dibekali dengan penyuluhan tentang higiene penyiapan susu formula dan pemberian makan yang benar untuk bayi dan balita akan menyebabkan munculnya kasus diare yang akan meningkatkan jumlah kematian bayi/balita.

Pembagian susu cair kemasan akan menyebabkan ibu yang sedang menyusui bayinya akan beralih ke susu cair kemasan. Masa kadaluarsa susu yang dibagikan juga menjadi hal penting dalam masa penanggulangan bencana.

Semua bayi baru lahir tetap harus mendapat ASI eksklusif. Untuk bayi yang terpaksa ibunya meninggal atau sama sekali tidak dapat menyusui karena stres dan trauma akibat pasca bencana, maka pengadaan susu formula diperlakukan selayaknya seperti obat dan pembagiannya harus disertai penyuluhan kepada ibu tentang cara pemberian susu yang benar dan aman.

Jadi perlu ditelaah kembali kebiasaan kita membantu memberikan susu untuk para korban bencana alam. Akankah bantuan kita bermanfaat atau menjadi bumerang yaitu menyebabkan penyakit diare dan kematian atau membuat praktek menyusui bayi yang telah dilakukan menjadi beralih ke pemberian susu formula.

Tidak ada komentar: